Kekeringan Mulai Melanda, 1 Desa di Pacitan Minta Pasokan Air Bersih

Hariansiber.com| Pacitan —Memasuki awal musim kemarau, kekeringan sudah mulai dirasakan oleh sejumlah wilayah yang ada di Kabupaten Pacitan. Bahkan, terdapat salah satu desa telah meminta pasokan air bersih.
Hal itu sebagaimana disampaikan Pujono, Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan dan Pencegahan Bencana (BPBD) Pacitan, saat ditemui Hariansiber.com di ruang kerjanya, Senin (17/06/2019) siang.
Ia mengatakan, meski awal musim kemarau pada Bulan Juli, namun saat ini sudah ada salah satu desa di Pacitan, tepatnya Desa Bodag, Kecamatan Ngadirojo telah meminta bantuan air bersih ke BPBD Pacitan.
“Kemarin ada 1 desa yang sudah mengajukan bantuan air bersih ke BPBD yaitu Desa Bodag. Tapi, kita sudah sampaikan ke wilayah terkait mekanisme atau prosedur permintaan air bersih harus mengetahui pihak kecamatan, selain desa,” ujarnya.
Meski demikian, lanjutnya, BPBD belum bisa langsung memberikan pasokan air bersih kepada desa tersebut. Namun, pihaknya akan melakukan pengecekan terlebih dahulu, guna memastikan kebenaran dari laporan tersebut.
Menurutnya, Bulan Juli mendatang di sejumlah wilayah di Pacitan yang terdampak kekeringan akan semakin meluas. Sehingga, permintaan air bersih ke BPBD juga akan semakin meningkat. “Perkiraan kami kemarau tahun ini berjalan sekitar 5 bulan, mulai Juli hingga November,” katanya.
Pujono menambahkan, di tahun 2018, ada sekitar 28 desa di 12 kecamatan yang telah dipetakan terdampak kekeringan. Pemetaan tersebut diambil berdasarkan pantauan BPBD dari tahun-tahun sebelumnya. Namun, karena kemarau 2018 lebih panjang, jumlah desa yang terdampak kekeringan pun bertambah, menjadi sekitar 40 desa lebih.
“Tahun ini diperkirakan tidak jauh beda dengan tahun lalu, sekitar 40an desa lebih. Kalau faktor-faktornya, seperti iklim yang sulit diprediksi seperti beberapa tahun lalu, kemudian faktor siklon tropis cempaka 2017 lalu, karena dilihat dari tahun lalu sumber air yang biasanya ada tapi sudah banyak yang hilang atau mati dan sebagainya,” imbuhnya.
Penulis : Sigit Dedy Wijaya