Rutin Peringati Perjuangan PETA, Walikota Blitar Santoso Harap 14 Februari Ditetapkan Pemerintah Pusat Jadi Hari Cinta Tanah Air
2 min read
HARIANSIBER.COM|BLITAR – Wali Kota Blitar, Santoso, secara resmi membuka pementasan drama kolosal dalam rangka peringatan Hari Cinta Tanah Air pada 14 Februari 2025 di halaman Monumen PETA Kota Blitar. Acara ini digelar sebagai bagian dari upaya mengenang perjuangan para pahlawan Blitar, khususnya sosok Sodanco Supriyadi, yang dikenal dengan keberanian dan jiwa nasionalismenya dalam melawan penjajahan Jepang.
Dalam sambutannya, Wali Kota Santoso mengajak seluruh hadirin untuk bersyukur atas kesehatan dan keselamatan yang masih diberikan oleh Allah SWT, sehingga dapat hadir dalam peringatan bersejarah ini. Ia menegaskan bahwa tanggal 14 Februari tidak hanya diperingati sebagai Hari Pahlawan PETA, tetapi juga diusulkan kepada pemerintah pusat agar ditetapkan sebagai Hari Cinta Tanah Air.
“Kami berharap gagasan ini dapat diterima oleh pemerintah pusat, sehingga setiap tanggal 14 Februari tidak lagi identik dengan Valentine’s Day yang bukan merupakan budaya bangsa Indonesia, melainkan menjadi momentum memperingati Hari Cinta Tanah Air,” ujar Santoso.
Pemerintah Kota Blitar setiap tahun selalu menyelenggarakan pementasan drama kolosal ini untuk memastikan bahwa semangat kepahlawanan para pahlawan Blitar tidak punah, tetapi terus dikenang dan diwariskan kepada generasi penerus.
Sosok Shodanco Supriyadi, yang memimpin perlawanan terhadap Jepang, menjadi simbol keberanian dan patriotisme yang patut diteladani. Wali Kota Santoso menegaskan bahwa perjuangan Supriyadi harus terus dikenang agar generasi muda memahami betapa pentingnya mempertahankan nasionalisme.
“Mari kita terus mengingat pesan Bung Karno: ‘Jas Merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah’. Kata-kata mutiara yang disampaikan oleh Shodanco Supriyadi juga patut kita kenang, yakni ‘Janganlah mengharapkan gaji yang tinggi atau jabatan yang tinggi ketika saudara mengabdi kepada negara dan bangsa’,” lanjutnya.
Sebagai bagian dari upaya menjaga sejarah perjuangan ini, Wali Kota Blitar juga berinisiatif membangun Museum PETA Supriyadi. Museum ini nantinya akan menampilkan diorama perjuangan Supriyadi sejak masa kecil hingga perjuangannya melawan penjajah, termasuk misteri mengenai nasibnya yang hingga kini masih menjadi perdebatan.
“Ada berbagai versi mengenai nasib Supriyadi. Ada yang percaya bahwa beliau ‘hilang atau mukso’ sesuai kepercayaan Jawa, namun ada juga yang mengatakan bahwa beliau dibunuh oleh Jepang. Misteri ini perlu terus digali agar anak-anak kita terus belajar sejarah, sehingga tumbuh rasa nasionalisme dan patriotisme dalam diri mereka,” tutup Santoso.
Acara itupun berlangsung meriah dengan diikuti pelajar dari berbagai sekolah di Kota Blitar. Delegasi negara asing juga ikut hadir menyaksikan drama kolosal yang mengisahkan perjuangan heroic warga Blitar dalam melawan Jepang hingga menjadi pemicu keberanian seluruh bangsa Indonesia untuk menyongsong kemerdekaan yang tak selang lama dari itu diproklamasikan kemerdekaan negara Indonesia.
Penulis: MEIDIAN DONA DONI